.breadcrumbs {padding:5px 5px 5px 0px; margin: 0px 0px 15px 0px; font-size:90%; line-height: 1.4em; border-bottom:3px double #eee;}
Posted by : Unknown Rabu, 04 November 2015







Sakit ? siapa sih yg mau sakit ?
Sakit gigi susah makan, sakit kepala sungguh menyiksa, sakit hati waduh apalagi.
Tapi jika mau diliat lebih dekat, dari sudut pandang lain, sebenarnya rasa sakit itu Nikmat loh J

Rasa sakit tak selamanya tak berharga, sehingga harus di benci.
Sebab, mungkin saja rasa sakit itu justru akan mendatangkan kebaikan bagi seseorang.
                Biasanya, Justru dikala sakit ketulusan sebuah doa itu muncul. Demikian pula ketulusan tasbih yang senantiasa terucap dikala sakit mendera. Adalah jerih payah dan beban berat saat menuntut ilmulah yang mengantarkan seorang pelajar menjadi ilmuwan terkemuka, Adalah kegagalan demi kegagalan lah yg membuat Thomas Alva Edison menjadi Penemu Bola lampu, adalah kerja keras dan doa yg membuat Ibnu Sina menjadi ilmuwan Islam terkenal di berbagai belahan dunia.
                Ia yg telah bersusah payah diawal perjalananya hingga ia bisa menikmati kesenangan di akhirnya. Tentu hasilnya akan berbeda dengan seorang pelajar yang senang hidup berfoya-foya, malas-malasan, tak aktif, tak pernah terbelit masalah, dan tidak pula tertimpa musibah. Ia akan menjadi orang yang malas, enggan bergerak dan mudah putus asa.
                Seorang penyair yang tak pernah merasakan pahitnya berusaha dan tidak pernah mereguk pahitnya hidup, maka untaian – untaian syair-syairnya hanya akan terasa seperti kumpulan kata-kata murahan yang tak bernilai. Sebab, Syair-syairnya hanya keluar dari lisannya, bukan dari perasaanya.
                Contoh pola kehidupan yang paling baik adalah Kehidupan kaum mukminin generasi awal. Yaitu, mereka yang hidup pada masa-masa awal kerasulan, Lahirnya Agama, dan di awal masa perutusan. Mereka merasakan keras dan pedihnya kehidupan. Mereka pernah merasa kelaparan, miskin, diusir, disiksa, disakiti dan harus rela meningglkan semua yang dicintai, bahkan dibunuh. Dan karena semua itu pula mereka jadi orang-orang pilihan. Mereka menjadi tanda kesucian, panji kebajikan, dan simbol pengorbanan.
“ Yang demikian itu ialah karena mereka ditimpa kehausan, kepayahan, dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal salih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik .” (QS. At-Taubah: 120)

 

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © Nuansa Islami - Skyblue - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -